Di Amboina
Siapa kira dulu pernah tikam dada
Sehingga sagu mentah berubah jadi merah
Atap rumbia dimakan si jago merah
Luluh lantah bumi para raja-raja
Aku pernah disana
Menatap hulubalang melepas panah
Semua membunuh menusuk mata menggores kuku
Mereka bersikukuh
Katanya
harus ada yang yatimpiatu
Harus ada penuh duka dan lara
Pelan melintang meninabobo massa
Sekarang unjuk dada bunuh sodara
Buummm. Pecah…
Di Amboina
Suara itu dahulu mengembara
Menghasilkan banjir masalah
Tragedi lama dikubur
dilupa
Semua mulai berganti cinta meski berduka
tetapi mesra tetap sahaja
kemarin silam penuh darah
kini menjadi suaka
Di Amboina
Tua
muda
cari amarah berlinang air mata
Darah disana
Darah disini
semua mengikis dahi
manyasal lihat binasa jadi jagoan sia-sia
Hei… jangan lupa!
Kita beda Agama punya ikatan ade deng kaka
Satu hati pela gandong bukan soal omong kosong
Suci menyatu memanjat doa usir sekutu
Acang cium sajadah angka bismillah
Obet sebut Haleluya
angka salom barakate
Di Amboina
Parang Salawaku jadi sejarah
cukup sudah jadi petaka jang bikin luka
cari susah banjir airmata
Biar sudah hilang tipu daya di tanah raja-raja
Amboina harus tetap manis semanis air kelapa muda.
(30 Maret 2019)
Catatan:
- Tentang penyair: AsriL Luhulima. Lahir di Asilulu, Jazirah Leihitu, Maluku. 19 September 1997. Sedang belajar di jurusan Ekonomi Syariah, Institut Agama Islam Negeri, Ambon.
- Ilustrasi dari: anekatempatwisata.com