Laporan:Memet
PIRU,EKSPRESIMALUKU.com – Agar kita kompak dalam memutus mata rantai Covid 19, kita harus tinggalkan perdebatan dan empatilah terhadap korban yang meninggal akibat covidn-19.
Di masa pandemi janganlah sampai meninggalkan pendidikan. Hal ini tentunya dapat dilakukan dengan penerapan Prokes maupun belajar mandiri melalui daring, tergantung kondisi di masing-masing wilayah.
Demikian disampaikan Ketua umum pimpinan pusat Muhammadiyah, Prof Haeder Nashir, dalam webinar FGM sabtu kemarin. Selasa, 27/07/2021
“Pendidikan harus menjadi pilar kemajuan bangsa. dan bangsa yang maju bergantung pada pendidikannya, hal demikian dikarenakan pendidikan di Indonesia masih punya beberapa problem-prablem yang harus diselesaikan,” katanya.
Lanjut Nasher menjelaskan, dalam hal daya saing se ASEAN. HDI kita masih pada posisi 7 se-ASEAN. Problem moral, warga Indonesia dalam hal medsosnya sangat rendah tingkat kesopanan nya, Padahal Indonesia adalah negara muslim
kesenjangan antara nilai dengan perilaku. Pendidikan harus konsen untuk menanamkan nilai laten ke dalam nilai aktual dalam kehidupan, untuk itu perlu kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran guna menanamkan nilai-nilai tersebut. Jelasnya
FGM bisa mengidentifikasi problem dimaksut guna diselesaikan secara sistematis, kompetensi guru Muhammadiyah dalam menyelesaikan problem-problem tersebut, Yaitu, visi pertama,pendidikan nasional (filosofis, konstitusional, aspek mendasar), catatan peta jalan pendidikan menunjukkan ketidakpahaman pada hal mendasar
kedua visi pendidikan Muhammadiyah,para guru harus punya integritas moral dan akhlak, guru Muhammadiyah harus memiliki wawasan keislaman sesuai Muhammadiyah, guru Muhammdyah harus memiliki wawasan keilmuan yang terintegrasi dan interkoneksi, guru harus memiliki wawasan inklusi (peran kita harus lebih mencair dalam kehidupan sosial dan global, koneksi luas, tdk seperti katak dalam tempurung).
Selain itu, guru harus profesionalitas dan unovasi(guru hrus profesional apalagi d era pandemi seperti saat ini harus mau belajar dan melek IT), Inovasi (guru berkemajuan perlu berinovasi)
“Dalam menyikapi 5 virus dunia, pendidikan pertama adalah agnostisisme (kebijakan atau keinginan menjauhkan nilai agama dan ketuhanan), kedua, ekstrimisme dan radikalisme apa saja ( pandangan agama yang ekstrim, radikalisme dalam hal kebangsaan, nasionalisme ekstrim, radikalisme politik, radikal ideologi), ketiga kekerasan (perundungan), keempat, pelecehan dan kelima, pembodohan ( dunia pendidikan mengajarkan yang tidak seharusnya, tidak mencerdaskan),” jabarnya.