Laporan : Rere
AMBON, EKSPRESIMALUKU.com – Hingga akhir 2016, sedikitnya 134 kasus gizi buruk terjadi di Maluku. Tersebar di delapan kabupaten termasuk Kota Ambon.
Kabupaten Maluku Tenggara Barat, sebanyak lima anak, Kabupaten Maluku Tenggara, 17 anak, Kabupaten Maluku Tengah, 13 anak, Kabupaten Buru, lima anak, Kabupaten Kepulauan Aru, 20 anak, Kabupaten Seram Bagian Barat, 16 anak, Kabupaten Maluku Barat Daya, 6 anak, Kabupaten Buru selatan, sembilan anak, Kota Tual, 13 anak. Anehnya, Kota Ambon, yang dekat dengan fasilitas kesehatan malah miliki kasus terbanyak yakni 30 anak.
Staf Kesehatan Keluarga dan gizi, Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, Joina Ruhulessin, mengatakan, gizi buruk pada bayi maupun balita dapat terjadi akibat kurangnya asupan gizi, pola asuh anak, minimnya ketersediaan air bersih atau sanitasi serta infeksi yang disebabkan oleh lingkungan.
“Penyebab gizi buruk ini sebenarnya kompleks, karena kemiskinan, pangan yang kurang, pola asuh di keluarga, dan infeksi dari lingkungan sekitar,” kata dia.
Pemerintah Provinsi kini tengah berupaya mengurangi gizi buruk, berbagai program Gerakan Masyarakat, serta Pola Hidup bersih dan sehat menjadi fokus utama Pemerintah yang dicanangkan tahun 2016 sampai 2017 ini. Kegiatan itu bertujuan menyadarkan masyarakat akan pola hidup sehat, seperti makan buah dan sayur, serta pemeriksakan kesehatan secara berkala.
“Target di Tahun 2016 sampai 2017, Pemerintah melakukan gerakan utk menyadarkan masyarakat akan pola hidup sehat, kembali makan sayur dan buah, dan cek kesehatan secara berkala,” ujarnya.
Terkait Dana dalam mengatasi gizi buruk, dia mengaku tidak tahu persis berapa APBN yang dikucurkan. Dana pemberian makanan tambahan (PMT) misalnya, pengadaan PMT berupa biskuit dianggarkan oleh Pemerintah Pusat, sementara Pemerintah Daerah bekerja sebagai penyalur PMT tersebut.
“Dana untuk pengadaan PMT saya tidak tahu, kami hanya mendistribusikan. Dari pusat yang mengadakan,” tuturnya.