AMBON-EKSPRESIMALUKU.com_ Mahasiswi asal perguruan Tinggia Unpatti Ambon, Febriany Izaach (21) lolos 13 besar Audisi Nasional Duta Peduli Sejarah Indonesia Tahun 2024.
Bahkan, perempuan asal Desa Horale, Kecamatan Seram Utara Barat, Kabupaten Maluku Tengah itu menjadi satu-satunya perwakilan dari Provinsi Maluku.
Pantauan Ekspresimaluku.com, Sesuai jadwal, audisi selanjutnya akan dilangsungkan pada 21 Agustus 2024 di Kota Solo dan Surabaya.
Sebagai anak dari keluarga kurang mampu, Febriany mengaku terkendala dalam biaya keberangkatan.
Alhasil, sejak hasil itu diumumkan awal Mei 2024 lalu, Febriany telah memasukkan proposal ke sejumlah instansi pemerintah di Maluku.
Sebut saja; Di antaranya, Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, Kantor Gubernur Maluku, dan Pemerintah Kota Ambon serta Bagian Kemahasiswaan FKIP Universitas ternama dimaluku yakni Unpatti Ambon.
“Saya masukan proposal ke Dinas Pariwisata Provinsi Maluku tertanggal 12 Mei 2024. Kemudian 5 Juli kemarin saya bawa proposal ke Kantor Gubernur Maluku dan Balai Kota Ambon. Tapi hasilnya sama saja, tidak ada jawaban pasti, katanya tidak ada anggarannya,” ungkapnya saat diwawancarai Awak media. Sabtu, 03/08/2024.
Sayang perjuangannya untuk menjadi Duta Peduli Sejarah dari Maluku tak mendapat dukungan biaya dari pemerintah, termasuk kampus.
Alasan yang didapatnya ialah belum dianggarkan atau tidak ada anggarannya.
Selain itu, dirinya juga membawa proposal yang sama ke Balai Pelestarian Nilai Budaya Maluku.
“Saya bawa proposal ke Balai Pelestarian Nilai dan Budaya, mereka janjinya nanti bantu biaya tapi tidak seberapa. Dan mereka minta infokan kembali jelang keberangkatan,” tuturnya.
Impiannya lewat ajang tersebut, dia bisa mengangkat nilai-nilai budaya dan sejarah yang perlahan tergerus kemajuan teknologi.
“Anak-anak generasi saat ini kebanyakan lupa dengan budaya karena pengaruh kemajuan teknologi, sehingga tidak tahu sejarah di Maluku. Itu alasan saya mengikuti ajang pemilihan Duta peduli sejarah ini,” katanya.
Lanjutnya, sebagai satu-satunya perwakilan dari Maluku, dia ingin memperkenalkan beberapa tempat wisata sejarah yang selama ini kurang tersorot kamera, di antaranya:
Benteng Beverwijk di Negeri Sila, Kecamatan Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah.
Gereja Tua Eben-Haezery yang sudah berusia lebih dari 300 tahun di Negeri Sila, Kecamatan Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah.
Air Panas Bantang di Negeri Nalahia, Kecamatan Nusalaut , Kabupaten Maluku Tengah.
Patu Yasu Patu Yakale (Batu anjing batu babi) di Negeri Horale, Kecamatan Seram Utara Barat, Kabupaten Maluku Tengah.
Kolam Buaya di Negeri Horale, Kecamatan Seram utara barat, Kabupaten Maluku Tengah.
Selain itu dia juga mengangkat pangan lokal berbahan dasar sagu. Leku-leku namanya.
Leku-leku merupakan olahan sagu yang digoreng, adonannya terbuat dari campuran sagu, santan kayu manis, pisang dan kenari.
Untuk mewujudkan mimpi besarnya itu, Febriany Izaach meminta dukungan dari semua pihak terkhususnya pemerintah Daerah Provinsi Maluku, Juga kepada keluarga, teman-teman, serta segenap anak muda di Maluku.
“Anak muda tetap semangat jangan pernah menyerah, itu semangat yang selalu saya pegang,” tandasnya. (***).