Laporan: Rere
AMBON, EKSPRESIMALUKU.com – Dalam sepekan, dua balita penderita gizi buruk di RSUD Masohi Maluku Tengah, meninggal dunia. Kegusaran Presiden Jokowi terhadap kasus gizi buruk belum ditanggapi serius.
Coba tengok, Rabu pagi sepekan lalu, puluhan ibu dan anak ramai mendatangi rumah milik Ica Kilbaren,salah seorang warga di Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.
Salah satu ruangan di rumah itu digunakan sebagai tempat pelayanan posyandu Anggrek.
Enam orang tenaga medis tengah melayani warga baik ibu hamil, bayi maupun balita.
Dari sekian ibu dan anak disana, tampak salah seorang balita laki-laki, Kondisi fisiknya berbeda dengan anak lainnya. Tubuhnya kurus, ia digendong ibunya lantaran belum bisa berjalan, kondisi itu akibat gizi buruk yang diderita.
Umumnya, salah satu faktor penyebab gizi buruk.
Petugas Gizi Posyandu Anggrek, Hayati mengatakan, pada Agustus, 2016 di Desa Tulehu terdapat tiga balita penderita gizi buruk dan stunting, yakni Abdul Haming (1,5), Kesya (1,7) serta Satria Husaini, (1,8).
Ketiga anak tersebut diketahui menderita gizi buruk setelah melakukan pemeriksaan klinis antropometris dengan mengukur berat maupun tinggi badan (BB/TB-PB) sesuai petunjuk tekhnis tata laksana anak gizi buruk yang ia dapatkan usai mengikuti pelatihan di Dinas Kesehatan Kabupaten.
“Hal pertama yang kita lakukan melihat kondisi anak. kemudian melakukan pemeriksaan klinis apakah ada tanda-tanda si anak menderita gizi buruk atau gizi kurang,” ujarnya.
Saat ini, kondisi ketiga balita itu berangsur pulih, namun perkembangan fisik dan kognitif mereka agak lambat, tidak seperti anak-anak normal pada umumnya.
Menurut dia, jika anak tersebut diketahui terkena gizi buruk ada tiga fase perawatan diantaranya, fase stabilisasi, fase transisi, fase rehabilitasi.
“Dalam perawatan, anak yang menderita gizi buruk akan diberikan suplemen vitamin dan mineral khusus atau makanan berupa sumber mineral tambahan. bagi penderita gizi kurang akan diberikan PMT,” kata dia.
Sementara itu, di Masohi Ibukota Maluku Tengah, ternyata penderita gizi buruk, bukan saja almarhum Ramzi Pawae, seorang balita umur 3 tahun, Elson Haris, juga bernasib naas. Si balita terlebih dahulu meninggal sebelum Ramzi Pawae di RSUD Masohi.
Sebelumnya, Nelson Haris terindikasi gizi buruk pada 24 Desember 2016. Awalnya ia demam tinggi lantas dibawa ke puskesmas desa setempat, namun tidak ada perubahan. Tubuh bocah itu makin kurus, lantaran sulit makan. Lidah balita itu penuh luka. perutnya membuncit, ia sulit berbicara, jika merespon sesuatu dia cukup menganggukan kepala.
Sutitin, (33) Ibu Elson mengaku tidak membawa anaknya ke Rumah Sakit lantaran tidak memiliki KIS maupun BPJS. gajinya sebagai buruh cuci hanya sebesar Rp250 ribu tak cukup untuk biaya berobat sedangkan suaminya, Marnex (34) sehari-hari bertani.
“Awalnya badan anak saya panas, beta membawanya ke puskesmas Desa Waipia, namun tak juga ada perubahan,” ujar sutitin, Jumat, pekan lalu.
Dampak dari kurangnya asupan gizi yang baik menjadi salah satu pemicu gizi buruk. Makanan yang sehari-hari dikonsumsi keluarga itu yakni nasi, singkong, pisang rebus serta daun singkong sebagai lauk itupun dipetik dari hasil kebun.
Untuk anak seusia Nelson Tingginya 68 cm dengan berat 8kg tergolong stunting atau bertumbuh pendek.
Setelah dirawat kurang lebih empat hari, Nelson meninggal dunia pada Ahad, 12 Maret, 2017.
Kedua Balita itu dirawat intensif tanpa dokter spesialis anak maupun gizi. “Tidak ada dokter anak, spesialis gizi belum ada, mereka ditangani dokter umum,” kata Kepala Bagian Tata Usaha, RSUD Masohi, Deksy Wuisan.