Laporan : Wirda Salong
NEGERILIMA,EKSPRESIMALUKU.com-Panorama alam nan indah, bahkan membuat kita dapat mendayung rakit untuk lebih menikmati pesonanya. Adalah Natural Dam Wae Ela di Negeri Lima, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah itu, kini jadi tempat rekreasi bagi warga setempat.
Bendungan alami akibat patahan gunung Ulakhatu yang jatuh dan menutup jalannya kali Wae Ela di Negeri Lima pada tahun 2012 lalu. Wae Ela merupakan sungai terbesar yang sehari harinya dipakai untuk memenuhi kebutuhan mandi, mencuci hingga kebutuhan air minum masyarakat.
Tak jarang juga dikunjungi warga dari luar daerah. Dan ini menjadi nilai plus dari Natural Dam ini. Mengapa.?? Karena jika biasanya mendayung hanya di laut, kini bisa dirasakan sensasi mendayung di gunung. Dan ini lebih memudahkan warga untuk menjangkau hutan Wasi Handale yang merupakan hutan dengan hasil durian, salak dan daun gatal terbanyak yang awalnya harus ditempuh dengan berjalan kaki hingga berjam jam lamanya dan harus melewati tebing-tebing batu yang curam bisa dipersingkat dengan mendayung perahu atau rakit tak sampai sejam.
Untuk menikmati nikmatnya durian langsung dari pohon di hutan Wasi Handale. Tak hanya itu, ketika tiba di hutan tersebut dan merasa capek, kita bisa dengan leluasa memetik daun gatal yang tumbuh liar dimana saja, kemudian menggosokkannya ke badan. Dijamin, capek hilang dan tidurnya pulas.
Dari pemukiman warga, Natural Dam ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun empat serta jalan kaki melewati jalanan beraspal yang sepanjang jalannya dipenuhi tanaman pala dan cengkih milik warga setempat.
Pemandangan nan eksotis dapat pula tersajikan ketika turun melewati jalan ini kala sore hari. Sebab pemandangan matahari terbenam, ditambah panorama Pulau Satu, Pulau Dua dan Pulau Tiga melengkapi indahnya sore. Terlihat jelas sisa sapuan air bah yang hanya terlihat seperti tanah lapang besar yang sering digunakan anak-anak untuk bermain.
Sedangkan ketika memilih jalan kaki lewat alur sungai yang merupakan bekas bencana tersebut, maka akan tersaji tebing-tebing batu yang mempesona.
Negeri Lima sendiri dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua ataupun empat dari Ibukota Provinsi dengan waktu kurang lebih satu setengah sampai dua jam.
Sejarah Terbentuknya Natural Dam Wae Ela
Natural Dam Wae Ela, merupakan sebuah bendungan alami yang terjadi akibat patahan gunung Ulakhatu yang jatuh dan menutup jalannya kali Wae Ela yang merupakan sungai terbesar di Negeri Lima.
Berawal pada suatu subuh, ketika warga mulai terbangun untuk melakukan aktifitas diawal pagi, terdengar dentuman ledakan. Ada yang bilang seperti pesawat yang menabrak gunung sehingga ada guncangan yang dirasakan. Mereka menganggap itu biasa, namun suasana berubah ketika warga yang melakukan aktifitas rutin mencuci pagi hari di sungai melihat kejanggalan yang terjadi, sebab air sungai tiba-tiba kering, hingga ikan-ikan dan hewan sungai lainnya nampak jelas terlihat diatas batu-batu. Setelah diteliti dengan cara berjalan mengikuti hulu sungai untuk mengetahui sebenarnya yang terjadi, warga dikejutkan ternyata ada patahan gunung yang menutup jalannya air sungai. Namun, tak berlangsung lama karena jelang beberapa waktu air sungai kembali normal.
Keadaan ini, sempat menjadi perhatian warga setempat maupun warga daerah lain. Tak heran banyak orang yang mengunjungi negeri kami hanya sekedar mau melihat, foto-foto, dll. Tak hanya mereka yang ada di Maluku, yang dari luar Maluku, bahkan orang dari Luar Indonesia. Ada yang menganggap ini adalah murni bencana alam, banyak pula yang mengait-ngaitkannya dengan hal-hal gaib lainnya. Keadaan ini berlanjut hingga kurang lebih setahun. Saat itu direncanakan akan dibangun Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) namun, sebelumnya diupayakan untuk dapat menyeimbangkan antara debit air yang terus meluap dan tertampung dengan yang harus tetap mengalir dalam upaya pemenuhan kebutuhan air bersih untuk warga Negeri Lima dan juga mengupayakan agar tidak jebol, untuk itu hendak dibangun tanggul karena dapat mengakibatkan petaka bagi kami, warga Negeri Lima yang hidup dan bertempat tinggal di sepanjang pinggiran sungai.
Petaka Menghampiri
Hal yang ditakutkan warga akhirnya terjadi, setahun setelah terbentuk. kala itu pada pertengahan bulan ramadhan tepatnya tanggal 25 Juli 2013, Natural Dam Wae Ela jebol. Bencana air bah yang masuk kategori tsunami darat terbesar di Asia itu meluluh lantahkan sebagian besar Negeri . Rumah, sekolah, puskesmas, pasar, musholah dan fasilitas umum lainnya hilang tersapu air bah dalam hitungan menit. Tak banyak harta benda yang terselamatkan. Sebab yang terpenting adalah upaya penyelamatan terhadap warga, meskipun pada akhirnya ada 3 korban jiwa yang hilang terbawa air bah.
Banyak warga terpaksa mengungsi ke wilayah yang dirasa aman. Banyak bantuan yang datang, upaya pemenuhan kebutuhan warga yang mengungsi. ada yang datang hanya membawa bantuan kebutuhan sehari-hari, ada pula yang datang menjadi relawan dengan menetap dan dengan sigap membantu segala keperluan yang diperlukan.
Bantuan yang datang dari mereka yang bersimpati atas bencana terhadap Negeri Lima. Dari Pantauan Ekspresi, kini warga mencoba keluar dari trauma yang berkepanjangan. Banyak yang sudah berupaya mendirikan tempat tinggal meski tidak ditempat semula, sebab ada larangan membangun di tempat itu sebagai bentuk ikhtiar bila suatu saat masih mungkin terjadi patahan lagi.
Hingga kini, 3 tahun lebih telah berlalu bersama kenangan air bah yang memporak-porandakan Negeri Lima. Petaka itu telah berlalu, meski tak dapat dipungkiri, menyisakan trauma berkepanjangan bagi anak negeri.
Saat ini tempat itu, memiliki pesona tersendiri, diluar dari sejarahnya yang mungkin saja kelam, bagi masyarakat yang adalah pengungsi pada saat itu.