Laporan: A.S
PIRU,EKSPRESIMALUKU.com – Hal tersebut disampaikan oleh Bupati Seram bagian Barat, Timotius Akerina dalam sambutannya pada acara Syukuran di Kediaman Bupati Seram Bagian Barat, usai Melakukan paripurna di Gedung DPRD Kabupten Seram Bagian Barat, Selasa, 21/09/2021.
Perbedaan etinis, agama suku dan budaya dimata Bupati yang baru saja dilantik itu merupakan salah satu kekayaan yang ada di Seram Bagian Barat. Namun jika tidak dikelola secara baik akan menimbulkan kerawanan sosial yang tidak dinginkan bersama.
Dimata Akerina, ragamnya suku, budaya dan agama itu harusnya menjadi polaritas dalam membangun hubungan kemanusiaan yang kemudian bersinengi dengan Pemerintah Daerah untuk kemudian secara bersama membangun Daerah.
“Sampai pada suatu ketika saat kita ditanya anda berasal dari mana, maka jawabannya saya orang SBB asal Sulawesi Tenggara, saya Orang Gemba asal Jawa, Luhu, Latu, Rumah Kai dan lain-lain. ini cita-cita besar beta (saya) sehingga tidak ada lagi perbedaan-perbedaan,”, Ungkap Akerina.
Hal digariskan bahwa perbedaan agama tidak harus menjadi sekat dalam hal apapun, justru ia menegaskan kalau setiap orang harus menjadi fanatik dan pahami betul tentang agamanya masing. Orang nomor satu SBB itu pahami betul bahwa dalam agama apapun tidak mengajak orang untuk saling dengki dan lain-lain.
“sehingga suatu ketika di Seram Bagian Barat ini seng (tidak) perlu lagi ada penyuluh agama, seng perlu lagi orang-orang yang didoktrin untuk turut merasionalisasi pikiran yang memang melenceng dari Pancasila dan Undang Dasar 1945”, itu impian beta (saya) yang suatu ketika akan terjadi di Bumi Saka Mese Nusa”.. Harapnya